Berdirinya Jemaat GKI Ebenhaezer Timika, demikianpun Klasis GKI Mimika dapat dibilang “bukanlah hasil pekabaran injil” yang nyata-nyata, melainkan berawal dari kaum profesional yang kehadirannya di Timika masing-masing bekerja sebagai petani tradisional dan buruh sebagai dampak kehadiran PT Freeport McMoran di Tembagapura tahun 1973.
Masing-masing mereka adalah orang-orang Kristen yang berasal baik dari Papua (di luar Timika), juga dari beberapa daerah di Indonesia, seperti: Toraja/Sulawesi Selatan, Manado/Sulawesi Utara, Timor, Key, dan Maluku Tenggara jauh (1974 – 1981).
Jadi berdirinya jemaat GKI Ebenhaezer Timika dan Klasis GKI Mimika adalah hasil dari pengembangan dan pewartaan Injil Yesus Kristus yang tidak kelihatan melalui kerja kaum profesi tradisioanal di Timika, sebagai akibat hadirnya PT FI di Tembagapura dan pemekaran pemerintahan kabupaten Fak-fak wilayah Mimika di Timika (1982).
Jemaat GKI Ebenhaezer merupakan jemaat GKI yang pertama ada di Timika setelah, jemaat GKI Imanuel Kokonao, Sola fide Mapuru jaya dan Efata Uta di wilayah Mimika. dengan Pdt. Yafeth Samber, STh sebagai vicaris (1984) dan pendeta yang pertama (1985).
maka Jemaat GKI Ebenhaezer Timika,dinyatakan berdiri sebagai jemaat Mandiri pada tanggal, 13 Mei 1984, sebagai buah sulung dari terbentuknya GKI di Wilayah Mimika.
Jemaat GKI Ebenhaezer Timika memiliki keunikan tersendiri, karena berada di pusat kota Timika dan dikategorikan sebagai jemaat heterogen serta memiliki wilayah pelayanan yang kecil, namun padat kependudukannya, olehnya berdasarkan hasil Sidang Klasis GKI Mimika ke-VI tahun 2017, disahkan dan ditetapkan sebagai Jemaat Sentrum di Klasis Mimika-Kabupaten Mimika.
Sejak awal berdirinya banyak kendala, baik dari sisi administrasi maupun tenaga pelayan dan majelis yang belum memadai/terbatas, namun dengan semangat pelayanan yang tinggi dari tenaga pelayan ketika itu, telah banyak menjawab kebutuhan warga GKI dari sisi kebutuhan pelayan gereja yang berdomisili di Timika dan bekerja baik sebagai PNS, Karyawan PTFI, Contraktor, Pengusaha, Swasta/Wiraswasta dan lainnya, yang harus mendapat pelayanan pastoral, penggembalaan dan pemberkatan nikah bagi pasangan sauami-istri, pengajaran katekisasi dan peneguhan sidi, pelayanan sakramen serta pelayanan ibadah-ibadah dan pengajaran iman kristen lainnya yang dibutuhkan oleh warga jemaat saat itu dapat terwujud. Hadirnya GKI Ebenhaezer Timika, menjadi gereja yang melindungi dan mengayomi warga jemaatnya ketika itu, dan sekaligus menjadi saksi bahwa.
GKI Ebenhaezer Timika sebagai salah satu jemaat tertua di Klasis GKI Mimika sebenarnya lahir dan berkembang dari sejumlah warga GPM (Gereja Protestan Maluku) dan dari berbagai denominasi gereja daerah di Indonesia seperti dari Maluku (Key, Ambon, Tanimbar), Sulawesi Utara (Sanger Talaud, Manado), Toraja, serta beberapa warga Papua dari Utara yaitu, Tanah Merah Jayapura, Serui, Biak serta suku suku lain di Indonesia baik yang bekerja sebagai pegawai di tambang PT Freeport, PNS, TNI/POLRI, Security, tetapi juga pegawai swasta.
Berawal dari bapak Chorinus Malenso (mantan anggota Brimob) yang dikaryakan menjadi karyawan security PT Freeport Indonesia yang pada tahun 1973 pergi ke Sorong dan menjemput Pdt. Fery Unmehopa seorang pendeta GPM (Gereja Protestan Maluku) dan kemudian direkrut sebagai karyawan Security. Terdorong oleh kerinduan membentuk persekutuan ibadah pada masa istirahat, bapak Chorinus Malenso meminta Pdt. Fery Unmehopa menghimpun warga untuk beribadah kepada Tuhan. Dari kerinduan dan harapannya itulah, terkumpullah sekelompok karyawan yang bekerja baik di PT Freeport
Indonesia, beberapa warga TNI/Polri dan PNS dari berbagai daerah di Indonesia yang berjumlah kurang lebih 20 orang.
Tahun 1974 Ibadah Minggu perdana dilaksanakan di rumah keluarga Chorinus Malenso/Konyanan yang dilayani oleh Pdt. Fery Unmehopa dan selanjutnya ibadah dilakukan secara bergilir di rumah keluarga yang lainnya. Dengan dimulainya ibadah minggu perdana tsb., maka kerinduan untuk memiliki sebuah rumah ibadah terus bergelora dalam hati warga jemaat yang ditindak-lanjuti dengan mengangkat Bpk. Yopie Pussung sebagai Ketua Panitia Pembangunan Gereja. Untuk itu, maka peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja
dilaksanakan tanggal 28 November 1982. Dana untuk pembangunan gedung Gereja adalah murni swadaya jemaat yang diperoleh melalui berbagai aksi pencarian dana antara lain : menjalankan aksi bazaar penjualan hasil laut seperti ikan bakar, ikan asar yang kebanyakan dikirim ke Tembagapura.
Dalam kurun waktu kurang lebih 11/2(satu setengah) tahun sejak peletakan batu pertama, tepatnya tanggal 13 Mei 1984 dilaksanakan peresmian dan pentahbisan gedung gereja tersebut oleh Ketua Sinode GKI Pdt. Pinehas Sawen yang diberi nama “ GKI Ebenhazer” dan menjadi jemaat GKI pertama di kota Mimika dengan jumlah jemaat 20 KK.
Pemberian nama jemaat “GKI Ebenhaezer” bukan tanpa alasan sebab nama itu memiliki makna yang merefleksikan pergumulan warga jemaat. Ada beberapa usulan nama yang mencuat pada waktu itu seperti “Tiberias”, Kalvari, dll, namun pada akhirnya setelah dilakukan proses pengundian, maka didapatkan nama “Ebenhaezar” yang memiliki makna teologis “sampai disini kita berjumpa dengan Tuhan”. Perjumpaan dengan Tuhan dalam wujud berdirinya gedung Gereja Ebenhaezer justru memicu dan mendorong gerakan penginjilan yang melahirkan beberapa jemaat besar di kabupaten Mimika seperti : Jemaat GKI Marthen Luther Sempan, GKI Syalom Amungsa Timika Indah, GKI Pniel Jalan Baru dan GKI Kanaan Gorong-Gorong termasuk cikal bakal berdirinya Klasis GKI Mimika yang selanjutnya juga berkembang jemaat-jemaat besar yang lain seperti yang ada sekarang di Klasis dan Kabupaten Mimika ini.
Ketua Sinode GKI di Irian Jaya (ketika itu), Pdt. Pinehas Sawen MDiv pintu gedung gereja Ebenhaezer Timika pada tanggal 13 Mei 1984
Majelis Jemaat pertama yang bertugas ketika itu sebanyak 7 orang; dua syamas dan lima penatua yang diteguhkan tanggal 26 September 1982 oleh Pdt. Akwila Mandibondibo dari Jemaat Kategorial Tembagapura sebagai jemaat pembina. Peneguhan Majelis pertama ini dilakukan 2 (dua) bulan sebelum peletakan batu pertama agar warga jemaat yang berjumlah 20 KK atau sekitar 95 jiwa termasuk anak–anak dan pemuda dapat terlayani dengan lebih baik. Adapun daftar nama Majelis Pertama yang diteguhkan tanggal 26 September 1982 adalah sebagai berikut :
Dalam tahun 1983 jumlah kepala keluarga meningkat menjadi tiga puluh enam (36 KK) dengan jumlah jiwa seratus empat puluh tujuh (147) sampai dengan bulan Oktober 1984 warga jemaat sudah bertambah menjadi 60 KK dan 219 jiwa. Pada tanggal 12 Desember 1984 terjadi sebuah kesalah-pahaman dalam jemaat antara saudara Sony Akeli (penatua pertama) dan Pdt. Ferry Unmehopa – mantan pelayan jemaat) sehingga lahirlah jemaat GPM di Timika seperti Gereja Protestan Maluku (GPM) dan GPI (Gereja Protestan Indonesia).
Pada tanggal 19 Agustus 1984 Vikaris Yafeth Samber, SmTh ditempatkan melayani di jemaat GKI Ebenhaezar dan diteguhkan sebagai pendeta oleh Pdt. Pinehas Sawen, MDiv tanggal 10 Maret 1985 dan selanjutnya tanggal 6 Juni 1986 sesuai Surat Keputusan BP Am Sinode GKI di Irian Jaya tanggal 7 Oktober 1984 ditempatkan kembali ke Timika sebagai pendeta jemaat GKI pertama di jemaat GKI Ebenhaezer Timika.
Karena beberapa Majelis Jemaat periode 1982 – 1986 tidak aktif melayani sehingga pada tanggal 11 November 1985 diadakan pemilihan Majelis antar waktu yang komposisinya sebagai berikut :
1. |
Pnt. Marthinus Warint |
Ketua |
2. |
Pnt. Agustinus Tenawe |
Wakil Ketua |
3. |
Pnt. Sony Akeli |
Sekretaris |
4. |
Pnt. Metusala Ariem |
Bendahara I |
5. |
Syms. Beatrix Imbir/Wamafma |
Bendahara II |
6. |
Pnt. Petrus Tanditonggang |
Anggota |
7. |
Pnt. Otni Yawan Marandof |
Anggota (Pindahan dari Biak) |
8. |
Pdt. Yafeth Samber, Sm.Th |
Pelayan Jemaat |
Dalam pembicaraan dengan Pdt. Yafeth Samber, STh beliau mengisahkan tentang ketika diteguhkan pada tanggal 10 Maret 1985. Hal ini kelihatannya membuat Pdt. Ferry Unmehopa merasa terusik karena oleh Sinode GKI sudah memintanya sebanyak dua kali untuk mendapatkan surat keterangan sebagai pendeta GPM dari Sinode GPM namun surat keterangan yang diperlukan belum diperoleh sehingga Sinode GKI belum dapat mengeluarkan surat keputusan agar ybs. dapat melayani di jemaat GKI di Timika. Untuk itulah, maka seluruh pelayanan dalam jemaat GKI Ebenhaezer dialihkan ke pdt. Yafeth Samber, SmTh untuk mengatur pelayanan. Hal ini menimbulkan ketidak-nyaman bagi Pdt. Ferry Unmehopa dan Pnt. Sony Akeli yang beranggapan bahwa mereka membangun jemaat ini dengan susah payah lalu ada orang yang datang mengaturnya sehingga mereka memutuskan keluar dari GKI dan kembali ke GPM untuk membangun jemaatnya dengan nama Torsina.
Tanggal 12 Desember 1984, telah mengundurkan diri dari jabatan sebagai anggota majelis jemaat masing – masing: Pnt. Agus Tenawe, Pdt. Ferry Unmehopa dan Pnt. Sony Akeli, sehingga pada tanggal 5 Oktober 1986 diadakan pemilihan majelis jemaat untuk periode kedua 1986 – 1990 sbb:
Ketua |
Pdt. Yafeth Samber, Sm.Th |
Wakil Ketua |
Pnt. Yosephus Warinussy |
Sekretaris |
Pnt. Bastian Sinaga, BA |
Wakil Sekretaris |
Pnt. Yance Yoku |
Bendahara |
Syms. Beatrix Imbir/Wamafma |
Bendahara II |
Pnt. Petrus Tanditonggang |
Urusan Pekabaran Injil |
Pnt. Nico Kantohe (Koord.) |
Pnt. Simon Faot |
|
Urusan Pembinaan Jemaat |
Pnt. Marthinus Warint (Koord.) |
Pnt. Enos Yawan |
|
Urusan Diakonia |
Sym. Sophia Hurulean |
Sym. Yuliana Heatubun / Walten (Koord.) |
|
Sym. L. Yamlean/Warbal |
|
Sym. Otni Yawan/Marandof |
|
Urusan Ekubang |
Pnt. Drs. Agus Biu (Koord.) |
Pnt. Hanny Wowor |
Ibadah tanggal 13 Mei 1984 di depan gedung gereja sekaligus acara peresmian dan pentahbisan yang dipimpin langsung oleh Ketua Sinode GKI di Irian Jaya (ketika itu), Pdt. Pinehas Sawen, ketika pengguntingan pita maka nama Ebenhaezer pun muncul dan warga jemaat tidak tahu nama tersebut sebab dirahasiakan dan pada saat itulah nama Ebenhaezer diabadikan untuk nama Jemaat tersebut.
Pdt. Yafeth Samber, SmTh adalah Vikaris pertama yang ditempatkan pada tanggal 19 Agustus 1984 dan melaksanakan masa kevikariatan selama enam (6) bulan (September 1984 – Februari 1985) kemudian diteguhkan ke dalam jabatan oleh Pdt. A.B.M. Hutapea, Pdt. Hans Wambrauw dan Pdt. Pineas Sawen, MDiv (Ketua Sinode GKI di Irian Jaya) pada tanggal 10 Maret 1985 dan ditempatkan kembali ke Jemaat GKI Ebenhaezer Timika dengan SK Sinode GKI di Irian Jaya tanggal 7 Oktober 1985. Beliau melaksanakan pelayanan sebagaimana tugas seorang calon pendeta, sehingga masa vikariat, ia memimpin ibadah, mengajar katekesasi, mengasuh sekolah minggu, memimpin ibadah unsur jemaat (PAR, PAM, PW dan PKB) penggembalaan kecuali tugas pelayanan sakramen perjamuan, nikah dan baptisan kudus yang tidak dilaksanakan selama masa tersebut. Setelah diteguhkan ke dalam jabatan pendeta GKI tanggal 10 Maret 1985, beliau sudah dapat melaksanakan seluruh pelayanan dalam jemaat tersebut,
Ibadah tanggal 13 Mei 1984 di depan gedung gereja sekaligus acara peresmian dan pentahbisan yang dipimpin langsung Pdt. Hutapea, Pdt. Pinehas Sawen (Ketua Sinode GKI Irian Jaya) dan Pdt. Hans Wambrauw menumpangkan tangan ke atas Vikaris Yafet Samber, Sm.Th yang diteguhkan ke dalam jabatan Pandita GKI pada tangggal 10 Maret 1985.Langsung oleh Ketua Sinode GKI di Irian Jaya
( ketika itu), Pdt. Pinehas Sawen, ketika pengguntingan pita maka nama Ebenhaezer pun muncul dan warga jemaat tidak tahu nama tersebut sebab dirahasiakan dan pada saat itulah nama Ebenhaezer diabadikan untuk nama Jemaat tersebut.
Berdiri dari kiri ke kanan, Pnt. Marthinus Warent, Pdt. Pinehas Sawen, MDiv, Pdt. Hutapea, (paling ujung kanan) Pdt. Hans Wambrauw…..Pdt. Yafeth Samber
Tampak dalam gambar Ketua Majelis Pertama, Penatua Marthinus Warint (nomor 2 dari kiri) berpose bersama vikaris Yafeth Samber yang pertama kali diteguhkan ke dalam
Pelayanan Ibadah dan Sakramen
Syarat berdirinya sebuah jemaat mandiri sesuai tata gereja GKI di tanah Papua adalah mampu menjalankan pelayanan ibadah yang teratur setiap hari Minggu dan hari gerejani lainnya (Ibadah Tahun Baru, 5 Februari, 8 Maret, VII Minggu Sengsara Yesus, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Yesus ke Surga, Pentakosta, 26 Oktober, 31 Oktober, VI Minggu Advent, Malam Kudus, Natal, dan Ibadah Akhir Tahun) selain itu mempunyai Badan Pelayanan Khusus kepada Anak Remaja (PAR), Pemuda (PAM), Kaum IBU (PW) dan Kaum Bapa (PKB). Disamping itu pelaksanaan pelayanan sakramen Perjamuan Kudus dilaksanakan sesuai keputusan sidang jemaat.
Pelayanan Sakramen (baptisan dan perjamuan kudus) serta penggembalaan, termasuk peneguhan SIDI dan Nikah kepada warga jemaat mulai terlaksana dan terjadwal setelah jemaat ini secara sah berdiri sendiri pada tanggal 13 Mei 1984, bahkan sebelum jemaat ini berdiri sendiri sejak tahun 1982 pelayanan bagi jemaat GKI Ebenhaezer dilakukan oleh pendeta pendeta dari Kalvari Tembagapura seperti Pdt. Akwila Mandibondibo, Pdt. A.B.M. Hutapea, Pdt. Hans Wambrauw.
Peneguhan Majelis Jemaat GKI Ebenhaezer yang dilakukan oleh Pdt. A.B.M. Hutapea
Pembaptisan
Pembaptisan pertama dilaksanakan hari Minggu tanggal 9 Desember 1984 yang dilayani oleh Pdt. Akwila Mandibondibo. Mereka yang dibabtis adalah Jefree Pussung (Sekretaris Jemaat GKI Ebenhaezer yang sekarang 2016 – 2021), Herlina Pussung, Christina Pussung dan Frans Pussung mereka semua bersaudara kandung dan anak dari pasangan suami – istri (keluarga Yoppy Pussung dan Enggelina Heatubun) serta seorang anak dari bapak Marthinus Warint Ketua Jemaat pertama yaitu Leonard Warint. Setelah itu Jemaat GKI Ebenhaezer secara terjadwal melakukan pembabtisan kudus. Sesuai hasil keputusan sidang jemaat, maka pembabtisan dilaksanakan 3-5 kali setahun atau sesuai permintaan warga jemaat.
Pelayanan pembabtisan kudus yang dilayani oleh Pdt. Yafeth Samber, SmTh kepada salah satu anak dari warga jemaat GKI Ebenhaezer pada pada tanggal 26 Desember 1985.
Terlihat Ketua Majelis Pertama Pnt. Marthinus Warent membantu pendeta dalam pelayanan sakrament tersebut.
Perjamuan Kudus
Sakramen perjamuan kudus pertama kali dilaksanakan pada tahun 1984 ketika Jemaat GKI Ebenhaezer secara sah berdiri sendiri yang dilayani oleh Pdt. Akwila Mandibondibo dan Pdt. A.B.M. Hutapea, kemudian tahun 1985 dan seterusnya oleh Pdt. Yafeth Samber, SmTh. Pelayanan sakramen babtisan kudus telah terjadwalkan sejak tahun 1984 hingga sekarang ini, biasanya dilaksanakan setahun 2 kali sejak tahun 1984 – 1990, yaitu pada bulan April (Jumaat Agung) dan bulan Desember.
Peneguhan SIDI
Peneguhan SIDI pertama kali dilaksanakan bersamaan dengan peresmian gedung gereja Ebenhaezer Timika pada hari minggu, tanggal 13 Mei 1984 dengan meneguhkan tiga orang Yoppy Pussung, Enggelina Heatubun dan Fredik Makadada. Ketiga saudara ini, telah membuka sebuah pelayanan peneguhan SIDI bagi para pemuda – pemudi Jemaat GKI Ebenhaezer Timika hingga sekarang.
Tiga orang yang pertama kali dilayani dalam peneguhan Sidi Jemaat pada tanggal 13 Mei 1984 oleh Pdt. Pineas Sawen, MDiv, Ketua Sinode GKI di Irian Jaya.
Berdiri dari kiri ke kanan, Yoppy Pussung, Enggelina Heatubun dan Fredrik Makadada.
Pernikahan Kudus
Pelayanan nikah kudus dalam Jemaat GKI Ebenhaezer Timika untuk pertama kali dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Desember 1984 dengan dinikahkannya saudara Hengky Letsoin dan saudari Since Ramandey yang diberkati oleh Pdt. A.B.M. Hutapea. Kedua pasangan ini, telah membuat sebuah catatan sejarah di dalam jemaat GKI pertama di Wilayah Mimika pada saat itu dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan pernikahan berlangsung sesuai jadwal atau keinginan warga jemaat baik itu nikah massal maupun nikah sepasang suami isteri.
PAR (Persekutuan Anak dan Remaja)
Persekutuan Anak dan Remaja (PAR) GKI Ebenhaezer Timika lahir pada tanggal 6 Desember 1985 walaupun sebelumnya mereka sudah beribadah selama tiga kali di teras depan rumah keluarga Sony Akeli yang hanya menggunakan bangku darurat.
Pengasuh (guru sekolah minggu) waktu itu adalah Yalomina Warint, Charolina Sroyer, Soleman Rumi, Andreas Bonay dan Ishak Konyanan yang secara rutinitas selalu melayani anak – anak sekolah minggu yang pertama dalam Jemaat Ebenhaezer berjumlah 19 orang, mereka adalah ;
1. |
Lea Unmehopa |
2. |
Norlin Sorontouw |
3. |
Abigail Koibur |
4. |
Nathalia Wogan |
5. |
Carolina Heatubun |
6. |
Dece Heatubun |
7. |
Christina Imblabla |
8. |
Sonny Imblabla |
9. |
Agustina Latuperissa |
10. |
Pascal Victor Warint (sekarang menjadi Pendeta GKI) |
11. |
Hery Warint |
12. |
Jefree Pussung (Sekretaris Jemaat GKI Ebenhaezer 2011 – 2022) |
13. |
Herlina Pussung |
14. |
Yohana Waramori |
15. |
Sophia BIK |
16. |
Daud Tanditonggang |
17. |
Yakub Takimai |
18. |
Herlina Wania |
19. |
Agustina Mangape |
Ketua |
Ibu Yakomina Warint (Koord. Kls. Tanggu) |
Wakil Ketua |
Bastian Semunya (Koord. Kls. anak) |
Sekretaris |
Ibu Karolina Sroyer (Koord. Kls. Remaja) |
Wakil Sekretaris |
Mauritz Wafom |
Bendahara |
Ibu.Meiske Palandi/Tapilatu (Koord.Kls. TK) |
Anggota |
1. Ibu Faidiban (Timika Indah) |
2. Ibu Jhon Rotinsulu (Timika Indah) |
|
3. Ibu Arlin Yoku Taime (Kwamki) |
|
4. Ibu Betty Patty Korwa (Sempan) |
|
5. Bpk. Ishak Konyanan |
|
6. Sdr Anthon Taudi (SP 1) |
PAM (Persekutuan Anggota Muda)
Persekutuan Anggota Muda (PAM) GKI Jemaat Ebenhaezer Timika dibentuk pada tanggal 16 Januari 1985 dengan beberapa anggota pemuda dan pemudi yang waktu itu sudah berkeluarga tetapi juga beberapa pemuda yang belum berkeluarga (bujang) memulai perkumpulannya dengan mengadakan ibadah dan persekutuan yang anggotanya terdiri dari beberapa orang pegawai pemerintah dan karyawan PT Freeport Indonesia tetapi juga ada yang datang mencari pekerjaan sehingga terlihat unsur pemuda tidak begitu maju dibandingkan dengan kedua unsur yang lainnya (PW dan PAR) yang sudah terbentuk ketika Jemaat GKI Ebenhaezer Timika berdiri sendiri pada tanggal 13 Mei 1984.
Ketua |
Pnt. Yance Yoku |
Ketua II |
Gr. Ishak Hindom |
Sekretaris I |
Bontor Tambunan |
Sekretaris II |
Lopianus Fuakubun |
Bendahara |
Debora Ringgi |
Bendahara II |
Pieter Ramandey |
Seksi Kerohanian |
Karel Madidi (Koord.) |
Yahya Imbir |
|
Merry Patikawa |
|
Bastian Semunya |
|
Soleman Rumi |
|
Seksi Diakonia |
Isak Konyanan (Koord.) |
Taxi Matheos |
|
Seksi Kesenian |
Pieter Papilaya |
Seksi Pendidikan |
dr. Woro Pramesti (Koord.) |
Ny. Beatrix Imbir Wamafma |
|
Usaha Dana |
Dolfinus Patikawa (Koord.) |
Deminanus Noriwary |
|
Abnes Wabiser |
|
Thomas Iwanggin |
|
Rekreasidan Olah Raga |
Arnold Warint (Koord.) |
Marthen Kato |
|
Samuel kambu |
|
Klemens Wanma |
Ibadah Pelantikan Badan Pelayan PAM pada tanggal 18 Februari 1987, paling depan kanan Bapak Yance Yoku, Ketua PAM pertama Jemaat GKI
Pada tanggal 25 Juni 1991 Badan Pelayan PAM Ebenhaezer kembali menggantikan beberapa anggota struktur yang tidak aktif hingga berjalan sampai dengan tahun 1992 dan untuk itulah dipilih Badan Pelayan PAM Periode 1992 – 1996 dengan Ketua Yan Piet Pariaribo dan untuk Periode 1996 – 2000 adalah Ronny Rakian hingga Sidang Jemaat XIV GKI Ebenhaezer pada tanggal 23 Maret 2003 dibagi menjadi 3 Rayon yaitu;
1. |
Rayon 1 (Wijk I dan II) |
Jois Kbarek |
2. |
Rayon 2 (Wijk III dan IV) |
Irene Wompere |
3. |
Rayon 3 (Wijk V dan VI) |
Amelia Wakum |
Komposisi ini berjalan hingga Tahun 2004 dimekarkan menjadi VI Rayon karena jumlah anggota PAM yang bertambah tetapi juga untuk menjangkau wilayah pelayanan dan semua teman pemuda yang harus dikunjungi sehingga dibentuklah Kordinator PAM Wijk I – VI sebagai berikut ;
1. |
Kordinator Wijk I |
Joice Kbarek |
2. |
Kordinator Wijk II |
Ferry Awom |
3. |
Kordinator Wijk III |
Irene Wompere |
4. |
Kordinator Wijk IV |
Andreas Wassar |
5. |
Kordinator Wijk V |
Gerson Wakum |
6. |
Kordinator Wijk VI |
Yance Imipi |
KETUA PAM GKI EBENHAEZER TIMIKA SEJAK TAHUN 1985 – 2021 |
|
NAMA |
PERIODE TAHUN |
Yance Yoku |
1985 – 1992 |
Yan Piet Pariaribo |
1992 – 1996 |
Ronny Rakian |
1996 – 2000 |
Ricky Seo |
2000 – 2005 |
Denny Unkela |
2005 – 2006 antar waktu |
Richard Arthur Tutu |
2006 – 2011 |
Richard Arthur Tutu |
2011 – 2014 |
Robertho Kailey |
2014 – 2016 |
Korery S. F. Mandobar |
2016 – 2022 |
PW (Persekutuan Wanita)
Unsur Jemaat yang satu ini, yakni : Kaum Ibu atau yang sekarang dikenal dengan nama Persekutuan Wanita Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua (PW GKI Di Tanah Papua) mempunyai andil yang sangat besar dalam terbentuknya suatu jemaat, bahkan ketika jemaat itu mulai dibangun kaum perempuan ini selalu berada di garda terdepan, mereka menjadi pioner, hal ini mungkin karena orang pertama yang pergi ke kubur untuk menyaksikan kebangkitan Kristus adalah perempuan, atau perempuan inilah yang membuat manusia jatuh dalam dosa sehingga mereka selalu berada di garis terdepan misalnya dalam sejarah pekabaran injil di tanah kita, Sara dan Margaretha Yeblo adalah orang Papua pertama yang dibabtis di Mansinam pada tanggal 1 Januari 1865, ini hanyalah sebuah wacana sebab memang di manamana dalam persekutuan orang orang percaya kaum perempuan selalu menjadi yang pertama.
PW GKI Jemaat GKI Ebenhaezer Timika pun mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan dan pertumbuhan iman warga jemaat ketika jemaat ini mulai bertumbuh, tak dapat disangkal istri- istri dari para pendiri jemaat, mereka bekerja dan melayani luar biasa sehingga mereka adalah unsur jemaat yang pertama dibentuk sebelum unsur PAR, PAM dan PKB dalam jemaat tersebut.
Hari Minggu tanggal 14 Januari 1985 adalah hari lahirnya Kaum Ibu GKI Ebenhaezer Timika yang dilantik dalam ibadah resmi dengan Badan Pelayan sebagai berikut ;
Ketua |
Ibu Enggelina Heatubun/Pusung |
Wakil Ketua |
Ibu Ruth Bella Biu |
Sekretaris |
Ibu Corneles Makupiola |
Wakil Sekretaris |
Ibu Abigael Arlien Yok/Taime |
Bendahara |
Ibu Abina Sorontouw |
Yang dilengkapi dengan beberapa seksi waktu itu sebab jumlah anggota kaum ibu sekitar 60 orang namun yang aktif dalam ibadah sekitar 20 – 30an orang sebab jumlah KK pada bulan Desember 1984 adalah 60 KK dan 219 jiwa, sebab ketika unsur ini pertama dibentuk mereka bekerja dan melayani dengan sukacita sehingga mereka bertambah dari waktu ke waktu hingga akhir tahun 1987 jumlah mereka bertambah menjadi 173 ibu.
dengan jumlah jiwa dalam jemaat bertambah menjadi 573 jiwa.Hingga tanggal 14 Januari 2018 jumlah anggota Kaum Ibu dalam Jemaat sudah mencapai 634 orang dari jumlah Wijk yang ada, sebenarnya jumlahnya meningkat namun karena beberapa Wijk yang mampu berdiri sendiri dan menjadi jemaat maka banyak di antar ibu – ibu ini yang membangun kaum ibu lagi di empat jemaat pecahan dari Ebenhaezer Timika.
Kaum Ibu Ebenhaezer Timika tahun 1985 sedang memuji Tuhan dalam pelayanan paduan suara di gereja
KETUA KAUM IBU (PW JEMAAT GKI EBENHAEZER TIMIKA) PERIODE 1984 – 2021 : |
|
NAMA |
PERIODE TAHUN |
Ibu Enggelina Heatubun/Pussung |
1984 – 1985 |
Ibu Yemima Mansawan Samber |
1985 – 1988 |
Ibu Sophia Hurulean |
1988 – 1992 |
Ibu Enggelina Heatubun / Pusung |
1992 – 1996 |
Ibu Merry Pattikawa |
1997 – 2001 |
Ibu Damaris Yusup |
2002 – 2006 |
Ibu Adriana Yarangga/Marandof |
2007 – 2012 |
Ibu Merry Pattikawa |
2012 – 2017 |
Ibu Doly Wambrauw/Buiney |
2017 – 2022 |
PKB (Persekutuan Kaum Bapa)
Unsur PKB (Persekutuan Kaum Bapa) yang sering dikenal dengan sebutan PKB (Persekutuan Kurang Banyak) ini barulah muncul pada setelah Sidang Sinode X tahun 1984 di Manokwari, ketika hadir Bpk. Yance Yoku dan Ibu Beatrix Wamafma Imbiri dalam pertamuan raya PKB/PW se-GKI di tanah Papua.
Persekutuan Kaum Bapa (PKB) Jemaat GKI Ebenhaezer Timika dibentuk pada tanggal 14 Juli 1985 namun pada tahun 1984 mereka sudah beribadah. Dalam Tahun 1982 jumlah kepala keluarga yang adalah anggota PKB 25 KK atau 25 bapa, namun mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing – masing sehingga hanya belasan bapa yang biasanya berkumpul dan beribadah dalam keluarga – keluarga lalu mempunya pikiran untuk membentuk unsur PKB dalam Jemaat ini. Dalam tahun 1983 jumlah KK meningkat menjadi 36 KK dengan 147 jiwa, Oktober 1984 meningkat lagi menjadi 47 KK dan 162 jiwa, Desember 1984 meningkat mejadi 60 KK dengan 210 jiwa, 1986 terdiri dari 327 jiwa dan tahun 1987 jumlah anggota PKB dalam jemaat adalah 173 bapa dengan jumlah keaktifan antara 20 – 30 an bapa yang aktif mengikuti kegiatan di Gereja (ibadah dan pelayanan lainnya) hingga sekarang jumlah anggota PKB keseluruhannya adalah 645 anggota kaum bapa (data tertanggal 13 Mei 2018).
Dalam hal pelayanan dan pembinaan kaum bapa dalam jemaat berjalan dengan baik. Ibadah rutin pada hari jumat pukul 19.00 atau jam 7 malam setiap minggu dalam 12 Wijk dan ibadah gabungan setiap awal bulan.
PKB PERIODE 1997 – 2001 |
|
Ketua |
Ronny G. Kadun |
Wakil Ketua |
Lukas Berkat |
Sekretaris |
Decky Lala / Herman Toding |
Wakil Sekretaris |
Yohan Sesa |
Bendahara |
Jootje Sanggari / Lukas Sinmiasa |
|
|
PKB Periode 2002 – 2006 |
|
Ketua |
Yohan Sesa |
Wakil Ketua |
Maklon Yarangga |
Sekretaris |
Denny Kamu |
Wakil Sekretaris |
Zadrak Rumaikewi |
Bendahara |
Dekius Romuty |
|
|
PKB Periode 2007 – 2012 |
|
Ketua |
Yohan Sesa |
Wakil Ketua |
Fredy Metekohy |
Sekretaris |
Denny Kamu |
Wakil Sekretaris |
Zadrak Rumaikewi |
Bendahara |
Dekius Romuty |
|
|
PKB Periode 2012 – 2017 |
|
Ketua |
Nikolaus Halattu |
Wakil Ketua |
Gabriel Tedens |
Sekretaris |
Ronny Kadun |
Wakil Sekretaris |
Iskianto Tahapary |
Bendahara |
Dekius Romuty |
|
|
PKB Periode 2017 – 2022 |
|
Ketua |
Benyamin Onarely |
Wakil Ketua |
Hendrik Ayer |
Sekretaris |
Aleksander Ruhunlela |
Wakil Sekretaris |
David Mirino |
Bendahara |
Feliks Sungkudon |
KETUA MAJELIS JEMAAT GKI EBENHAEZER TIMIKAPERIODE 1984 – 2023 :
Pnt. Marthinus Warint
(1982-1985)
Pdt. Yafeth Samber, S.Th
(1985-1990)
Pdt Agusta Korwa, S.Th
(1991-1992)
Pdt. Petrus Sem Korowa, STh
(1993-1998)
Pdt. Matheus Adadikam, STh
(1999-2002)
Pdt. Imelda Gifilem, STh
(2002-2005)
Pdt. Moses Rumbino, STh
(2006-2009)
Pdt. Helmy Latuheru, STh
(2009-2011)
Pdt. Johanes Nanlohi, STh
(2012-2017)
Pdt. Vicktor Pascal Warint, STh
(2017 (4 bulan)
Pdt. Merry Tanamal, STh
(2017-2023)
Pendeta pertama | Pdt. Yafeth Samber, SmTh |
Vikaris pertama | Yafeth Samber, SmTh |
Anak Sekolah Minggu pertama Menjadi Pendeta GKI | Pdt. Vicktor Warint, STh |
PENGASUH/ GURU SEKOLAH MINGGU PERTAMA | |
1. | Yakomina Warint |
2. | Charolina Sroyer |
3. | Soleman Rumi |
4. | Andreas Bonay |
5. | Ishak Konyanan |
KETUA PKB JEMAAT GKI EBENHAEZER TIMIKA SEJAK TAHUN 1997 -2022 | ||
NO. | NAMA | PERIODE TAHUN |
1. | Ronny Kadun | 1997 – 2001 |
2. | Johan Sesa | 2002 – 2012 |
3. | Nikolaus Hallatu | 2012 – 2017 |
4. | Benyamin Onarely | 2017 -2022 |
DAFTAR KEJADIAN / PERISTIWA DAN TAHUN PENTING |
|
….. S/D 1973 |
Masa kerja BectelPT FI Mc Moran/PT FII Di Indonesia, di Portsite dan Tembagapura |
1974 |
Kedatangan Bapak Petrus Heatubun Walten dan Kel. Bpk. F. Konyanan Heatubun Di Timika. |
Medio, 1976 |
Kehadiran Kel. Yopy Pussung Heatubun di Timika |
1977 |
Pecah Peristiwa Ganguan Keamanan masuk Timika dan Kwamki lama (pemutusan pipa tambang Konsentrat PT FI, di Kwamki Lama) (Kwamki Narama sekarang). |
1981 |
Kedatangan tuan Patricks Dimara dkk, pegawai kehutanan, di Timika, menggagas dan mengkoordinir pembangunan Gedung gereja pertama. |
1982 |
Minggu, pagi 26 September, Ibadah Peneguhan 7 orang anggota mejelis jemaat filial GKI Kalvari Tembagapura oleh Pdt. Aquila Mandibondibo digedung Sekolah SD Inpres Kwamki Baru Timika, Periode 1982 – 1986 |
13 Mei 1984 |
Gedung “Gereja Ebenhaezer” dan jemaat diresmikan menjadi “Jermaat GKI Ebenhaezer Timika” oleh ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Penehas Sawen, MDiv. |
19 Agustus 1984 |
Pengutusan dan pelayanan pertama Vicaris di jemaat Ebenhaezer Timika, oleh jemaat kategorial Kalvari Tembagapura. |
1984 |
12 Desember, pernyataan pengunduran diri dari jabatan mejelis jemaat, sdr Agus Tenawe, Pdt. Feri Unmehopa dan Sony Akeli. |
10 Maret 1985 |
Peneguhan Vicaris pertama menjadi Pendeta a.n Pdt. Yafet Samber, SmTh. |
06 Juni 1985 |
Diangkat menjadi Pendeta GKI, dan menempatkan Kembali ke jemaat gki Ebenhaezer Timika dengan SK Sinode yang ditetapkan tgl 7 Oktober 1985 dan berlaku surut terhitung mulai tgl 6 Juni 1985 dan merupakan Pendeta pertama di jemaat GKI Ebenhaezer Timika. |
11 Juni 1985 |
Diusulkan ke Sinode GKI di Jayapura status Jemaat Filial Ebenhaezer Timika menjadi Jemaat Kategorial, Realisasinya pada bulan Maret dalam raker Am Sinode GKI II di Jayapura 1986. |
2 November 1986 |
Rapat antara ke tiga jemaat Kategorial di Jemaat binaan Jemaat KalvariTembagapura “Providensia” Kwamki lama. dibentuk BADAN KOORDINASI PELAYANAN GKI WILAYAH MIMIKA SK Sinode GKI:No.056/UP/SK/187 tanggal 19 maret 1987. |
1987 |
Mengikuti Raker IV Sinode GKI 13 Mei 1988 di Jayapura |
1988 |
Menghadiri Sidang Sinode GKI XI 6 – 13 Juli 1988 di Nabire 4 (empat) Bakal jemaat ditambah 6 (enam) jemaat mandiri lain di wilayah Mimika ditetapkan sebagai Bakal Klasis GKI Mimika dengan jumlah jemaat sebanyak 10 jemaat mandiri |
1988 |
10 Desember 1988 jam 10.00 pagi diresmikan Bakal Klasis GKI Mimika diwilayah Mimika oleh Wakil Ketua Sinode GKI Pdt Kundrat Kreuw, STh dan membawahi 8 buah Jemaat dan 2 buah bakal Jemaat. |
1992 |
Menghadiri Sidang Sinode GKI ke 12 tanggal 22 – 29 Juli 1992, di Serui. |
1992 |
Penetapan Bakal Klasis GKI Mimika menjadi Klasis definitif GKI Mimika yang berkedudukan di Timika ,dengan Ketetapan SS XII No. III/TAP/SS-XII/GKI/1992 Tanggal 29 Juli 1992 di Serui. |
1992 |
Hari minggu pagi tgl 25 Oktober 1992 ,jam 11.00, Peresmian Klasis dan gedung Kantor Klasis GKI Mimika Mimika membawahi 15 Jemaat – jemaat di wilayah Mimika, oleh Ketua Sinode GKI Pdt. W.F. Rumsarwir,STh. |
1992 |
Hari Senin, 26 Oktober 1992, ditahbiskan gedung gereja jemaat Marten Luther Sempan, oleh Ketua Sinode GKI Pdt. W.F Rumsarwir, STh. |
1997 |
Ditahbiskan gedung gereja jemaat Syalom Amungsa Timika Indah |
2004 |
Tanggal 28 Maret 2004 ditahbiskan gedung gereja Jemaat Pniel jalan baru. |
2013 |
Tanggal 28 September 2013 ditahbiskan gedung gereja jemaat Kanaan Gorong – gorong,Timika Oleh Ketua Sinode GKI Pdt. Yemima Krey, STh. |