GKI Ebenhaezer Timika

Manorah GKI di Tanah Papua. Minggu, 17 November 2024

MINGGU, 17 NOVEMBER 2024
KALENDER GEREJAWI  : MINGGU BIASA
PEMBACAAN ALKITAB  : I KORINTUS 4 : 1 -5
TEMA                                : SETIA KEPADA TUHAN

LATAR BELAKANG

Kita memasuki hari ke-322, minggu ke-3 November, dan minggu ke-46 dalam tahun 2024. Renstra kita dirumuskan bahwa tahun 2024 adalah tahun opemberdayaan”. saat kita memasuki triwulan IV Oktober-November-Desember 2024. maka kita diantar dengan fokus pada “Kristus memberdayakan persekutuan GKI guna memberdayakan pribadi, keluarga dan dunia”. Minggu ini firman Tuhan yang mendasari kita adalah Ikorintus 4:1-5, dengan tema tekstual : “Setia Kepada Tuhan”. Menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk berlaku setia. setia kepada Tuhan dan sesama, dalam keluarga, ditempat kerja, dan juga setia kepada norma yang menuntun kita, salah satunya adalah setia melaksanakan dokumen Renja triwulan ke-4 yang berlaku di Jemaat, Klasis dan Sinode.

PENJELASAN TEKS

Ayat 1 — 2 Hamba-hamba Kristus dipercayakan rahasia Allah

Rasul Paulus begitu yakin bahwa di dalam dunia ini, pekerjaan pemberitaan Injil yang dikerjakan oleh para Rasul merupakan suatu tugas yang dipercayakan Allah kepada hamba-hamba Kristus. Rasul Paulus tidak menggunakan kata “doulos” untuk “hamba-hamba”, tetapi menggunakan kata “huperetas” atau pelayan-pelayan atau hamba dari Raja, pembantu dari Hakim, petugas dalam lembaga agama seperti Sanhedrin atau yang bekerja di Sinagoge. Artinya “yang terpilih, terbaik dan teruji dapat dipercayakan untuk bekerja pada Raja atau di rumah Tuhan”. Sehingga, pemimpin, atau Raja atau rahasia dari rumah itu sebagian sudah diketahuinya, karena ia bekerja disana, sehingga, kepada “pekerja pelayan yang seperti ini, tuan rumah memberikan kepercayaan untuk melakukan tugas-tugas yang dari tuannya.

Kata “yang dapat dipercayai” bhs Yunani “pistos” sebagai kata yang menerangkan bahwa dirinya setia, yang beriman, yang percaya, setia, ini artinya, bahwa pemberita Injil adalah yang beriman, percaya kepada Tuhan, hanya orang yang mengakui dan percaya kepada Tuhan, dialah Tuhan curahkan karunia Tuhan untuk bekerja melayani Tuhan di dalam dunia ini.

Ayat 3 – 4 Tuhan Yang Menghakimi

Pada bagian kedua ini, Rasul Paulus menggunakan salah satu kata yang mempunyai hubungan dengan “pengadilan, yaitu penghakiman, dalam empat kasus yang berbeda. yaitu : pertama, dihakimi oleh kamu, terutama orang Korintus; kedua, dihakimi oleh suatu pengadilan manusia: ketiga, dihakirni oleh diri sendiri meskipun Paulus menyatakan bahwa dirinya sendiri ia tidak hakimi : ke-empat. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan,

Dari empat hal diatass Paulus menegaskan bahwa, bila Paulus sudah dihakimi oleh Tuhan. dan ia berbalik dari masa lalu yang tidak percaya Kristus, dan sekarang sudah menjadi percaya dan kepadanya Allah percayakan untuk menyampaikan atau memberitakan “rahasia Allah yang tersimpan berabad_ abad lamanya”. Maka pada zaman akhir ini, rahasia yang dari Allah itu, sudah dibuka oleh para hamba Tuhan yang dipercayakan Tuhan. Maka sernua orang, yang mendengarkannya, mereka diselamatkan. Artinya, penghakiman memutuskan untuk diberikan pengampunan dan memasukí era baru sebagai “orang yang percaya, yang setia kepada Tuhan karena keselamatan yang datang daripada-Nya, dan yang sudah diperolehnya.

Ayat 5 Tuhan menerangi yang tersembunyi, memperlihatkan yang di dalam hati

Suatu pengajaran yang benar muncul disini, yaitu tentang “janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang”. Satu-satunya hakim atas dunia ini dan mengadili manusia adalah Tuhan. Dewasa íni ada praktek yang terjadi pada manusia, yaitu “menjadi hakim bagí sesama” misalnya seorang yang minum-mabuk, kita menghakiminya dengan kata “pemabuk”, dalam kasus yang seperti ini dan kasus ikutan lainnya, seolah-olah kita berperan dan menggeser posisi Tuhan untuk mengadili manusia, lalu kita seolah memiliki wewenang penuh untuk mengadili sesama kita. Konteks ayat ini tidak menghendaki “peran Tuhan sebagai Hakim yang adil bagi manusia diambil alih oleh manusia”. keyakinan Paulus itulah yang menjadi dasar pengajarannya, yaitu bahwa yang mengadili manusia adalah Tuhan. Lain halnya dalam kasus kriminal berat, atau pidana, perdata, proses hukum formal atau hukum positif untuk seseorang yang kedapatan sudah melakukan suatu tindakan atau perbuatan atau peristiwa hukum, yang berakibat “hilangnya nyawa orang, atau pihak lain mengalami kerugian,” dan lain-lain, proses hukum dilakukan sesuai standar yang ditentukan oleh ketentuan hukum itu sendiri, untuk setiap pelaku dan perbuatan hukum yang tidak semestinya.

Bila suatu peristiwa atau tindakan hukum yang dilakukan seseorang terbukti ada yang menjadi korban, maka seseorang yang melakukan perbuatan hukum itu dinamakan “pelaku”. Tetapi Rasul Paulus mengatakan sesuatu yang agak berbeda Iagi, tentang “penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan”. Bahwa di dalam dunia, bila seorang pelaku dihukum karena “terbukti” melakukan hukum yang merugikan pihak lain. Kali ini hal yang tidak mungkin dilakukan oleh para pengadil adalah “seseorang yang belum melakukan atau perbuatan hukum” tidak mungkin diproses secara hukurn. apalagi hal itü bavu bersifat ‘rencana dalam hati”. Kekuasaan pengadilan Tuhan bahkan sampai pada “permulaan kehendak perbuatan hukum dalam Bila kehendak dalam hati ada rancangan yang memuliakan Tuhan, pada saat hatinya diterangi oleh Tuhan, maka yang kelihatan adalah pengagungan kepada Tuhan, itü wujud lain dari hidup orang beriman. Dan Paulus menyimpulkannya demikian “maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”. Wujud hati lainnya saat diterangi Tuhan, yaitu yang kedapatan meNncanakan dalam hati adalah kejahatan, maka tidak ada pujian baginya, melainkan penghakiman itu sendiri.

PENERAPAN

Kita dituntun oleh teks Alkitab yang mendatangi kita pada minggu ini, kita aplikasikan dalam bentuk :

  • Bagi yang menjadi pelayan khusus di GKI, Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Pengajar dan Badan Pelayan Unsur, Badan Pekerja Klasis dan Sinode, memahami jatidiri pelayanan adalah sebagai “yang dipercayakan rumah tuan baik di dalam dunia maupun di kehidupan kekal”;
  • Tuhan yang kita nantikan adalah yang mendatangi kita dan semua makhluk di bumi adalah “Sang Hakim yang adil”, maka marilah kita malayani dengan benar dan bersungguh-sungguh, karena apapun yang kita lakukan, tidak ada sesuatu yang tersembunyi di hadapan Tuhan sebagai sang Hakim agung. Tuhan Yesus Kristus. Amin.

DISKUSI UNTUK IBADAH PAM, PW DAN PKB

Jangan menghakimi supaya kamu tidak dihakimi (lihat Matius 7:1-5) hal menghakimi secara sederhana berhubungan “jangan suka menilai/melihat kekurangan atau kesalahan orang lain, şebab setiap orang mempunyai kekurangan dan tentü juga kesalahan (Roma 2: 1-3). Dalam konteks I Kor 4:1-5 ini ditujukan Rasul Paulus bagi jemaat Korintus atas penilaian mereka terhadap pengajaran dan pelayanan Para Rasul.

  1. Jemaat dalam memberikan penilaian, perlu menilai para Rasul sebagai hamba Kristus yang sudah dipercayakan rahasia Allah (ayt 1), penghakiman yang akan mereka terima adalah dari Allah, şebab pada akhirnya sebagai pelayan-pelayan mereka akan dituntut. Mari kita pahami bagian ini, demikian bahwa jika kita mau menilai seorang hamba Tuhan, kita ingat bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan Tuhan, berhasil dan tidak pekerjaannya, baik dan tidak pekerjaannya, yang akan menilai hasil pekerjaannya adalah Allah. Kita perlu memberi masukan atau penilaian terhadap diri seorang pelayan sebagai pribadi, bukan menilai atau menghakimi firman Tuhan yang ia sampaikan, menghakimi dan menilai doa-doa yang dinaikkan, menghakimi dan menilai pengajaran-pengajaran yang ia sampaikan, menghakimi dan menilai pelayanan yang ia kerjakan. Jangan kita menilai para hamba Tuhan dengan kesombongan dan kelebihan kita, kepandaian dan kemampuan intelektual kita, sebab pasti ada yang mengalami berkat dalam kesederhanaan dan kekurangan mereka.
  2. Jangan melakukan pekerjaan Tuhan karena penilaian dan pujian manusia. Artinya apapun penilaian yang diberikan manusia itu bukan menjadi standar. Jangan bergantung pada penilaian manusia untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan (ay 3), sebab penilaian manusia tidak membenarkan pekerjaan seorang rasul, (ay 4a), yang akan menghakimi semua pekerjaan pelayanan atas nama Tuhan ialah Tuhan (ay 4b).
  3. Menghakimi Tuhan bukan hanya akan terjadi pada hari penghakiman terakhir, tetapi sebelum hari penghakiman, Ia akan menghakimi hati, tidak ada yang tersembunyi dari penghakiman-Nya (ay 5; Roma 2:16).

Pertanyaan Penuntum Diskusi :

  1. Apakah kebiasaan menghakimi para hamba Tuhan masih terjadi dalam jemaat kita, berikan contoh.
  2. Apa perbedaan antara menghakimi/menilai “Pekerjaan Hamba Tuhan” dan perilaku hamba Tuhan.
  3. Apakah kebiasaan mencari pujian dari manusia, terdapat juga pada diri hamba Tuhan dalam GKI di Tanah Papua.
  4. Apa yang saudara/bapa/ibu pahami, tentang Tuhan menghakimi hati dan tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top